Belum lama ini negara kita
dihebohkan dengan maraknya kasus sodomi dan pelecehan seksual terhadap anak – anak. masih lekat di ingatan
kita tentang kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh emon seorang pemuda asal suka bumi. Ia tega melakukan perbuatan
bejatnya itu kepada ratusan anak laki2 di kampungnya, begitu pula dengan kasus
pelecehan seksual yang terjadi di jakarta internasional school ( JIS) yang justru di lakukan oleh oknum guru di sekolah bertaraf inter
nasional tersebut.
Kasus pelecehan seksual
terhadap anak2 hanyalah satu dari seabreg masalah yang menerpa bangsa ini,
korupsi, kriminalitas, kemiskinan, kesenjangan sosial, kerusakan moral generasi
muda, seolah tak henti – hentinya “menghantam”. Ditambah lagi dengan sikap para elit yang lebih mengutamakan kepentingan
partai dari pada kepentingan rakyat, semakin menambah dalam luka yang di derita
bangsa ini.
Tidak
lagi di monopoli kaum bodoh dan miskin
Dahulu
Tindak Kejahatan selalu di identikan dengan kaum miskin yang bodoh, tidak
berpendidikan, namun hari ini tindak kejahatan di negeri ini sudah tidak lagi
di dimonopoli oleh kaum miskin akan tetapi aktor tindak kejahatan yang terjadi
di negeri ini hadir dari berbagai strata
sosial, mulai dari rakyat kecil yang miskin, hingga para pejabat yang kaya
raya, mulai dari kalangan buta huruf sampai pada kalangan cendekia selevel
profesor. Tentu masih lekat di ingatan kita tetang kasus korupsi yang menjerat
banyak pejabat mentri ,anggota DPR, salah satu oknum pejabat bupati dan
pimpinan salah satu lembaga hukum tertinggi yang terjadi baru – baru ini, tentu
kita bertanya – tanya mengapa mereka melakukan korupsi ? apakah mereka orang2
yang tidak berpendidikan ? apakah mereka melakukan korupsi karena kemiskinan ? karena
kekurangan biaya hidup? atau karena kekurangan biaya pendidikan anak2 mereka ?
Tentu saja tidak, semua orang di negeri ini, yang tinggal di “ lubang batu “sekalipun
,pasti memahami bagaimana korelasi antara jabatan yang mereka emban dengan gaji
yang mereka terima. Akan tetapi begitulah faktanya tetap saja mereka melakukan
korupsi.
Selain
kasus korupsi yang dilakukan oleh oknum pejabat yang terhormat, ada banyak lagi
kasus- kasus kejahatan di negeri ini yang justru di lakukan oleh orang kaya
lagi terpelajar, misalnya separti kasus narkoba, atau video porno yang menjerat
artis – artis papan atas negeri ini.
Lemahnya
penegakan hukum
Lemahnya
penegakan hukum, di tengarai, menjadi salah satu penyebab maraknya tidak
kejahatan di negeri ini , dalam banyak kasus, seringkali terjadi ketimpangan
antara tindak kejahatan dengan tuntutan dan vonis hukuman yang di jatuhkan kepada pelaku kejahatan, sebagai contoh,
tuntutan 6 tahun terhadap pelaku kecelakaan mobil “xenia maut “ yang menewaskan
sembilan orang pejalan kaki beberapa waktu yang lalu. Bagi orang awam bahkan
yang buta tentang hukum pidana sekalipun dengan nuraninya twntu bisa merasakan
bahwa tuntuan 6 tahun penjara betul –betul meng injak – injak rasa keadilan. Selain
itu ada lagi , kasus korupsi yag merugiakan negara hingga triliunan rupiah akan
tetapi justru pelakunya lolos dari jeratan hukum. Sungguh meng iris – iris rasa
keadilan bagaimana mungkin pelaku korupsi dengan jumlah yang begitu fantastis
hingga miliaran rupiah bisa lolos dari jerat hukum.
Akankah
hukum di negara kita akan terus seperti ini ? jika iya, maka kita tidak usah
merasa heran jika dikemudian hari negara kita akan menjadi “negara gagal”. Jika
tidak, sampai kapan akanterus seperti ini ? semua berpulang kepada pemerintah
sebagai pihak yang harus bertanggung jawab, teerhadap lemahnya penegakan hukum
di negeri ini. Pada hakikatnya hukum hadir untuk mengatur segala tingkah laku
manusia, olehnya itu sudah seyogyanya hukum di buat dengan memuat sangksi –
sanksi yang tegas serta memberi efek jera bagi pelanggar hukum.