Surga bawah
laut, begitulah kata orang ketika menyebut keindahan bawah laut di perairan wakatobi. Wakatobi
sendiri adalah nama salah satu kabupaten di provinsi sulawesi tenggara yang
terdiri dari gugusan beberapa pulau yaitu pulau
wanci, kaledupa, tomia, dan pulau binongko.
Secara spesifik Wakatobi memiliki sekitar 25 buah gugusan terumbu karang dengan 750
spesies dari sekitar 850 spesies koral yang ada di dunia. Selain itu juga perairan wakatobi
dihuni oleh bebagai jenis hewan laut berupa berbagai jenis spesies ikan, udang, kepting dan penyu. Karena keindahan dan kekayaan bawah lautnya itulah, pada tahun 1996 wakatobi di tetapkan sebagai salah satu taman nasional dengan total 1,39 juta hektar oleh pemerintah kala itu. Tidak cukup sampai di situ pada tahun 2012 yang lalu wakatobi resmi ditetapkan sebagai salah satu cagar biosfer dunia oleh PBB melalui unesco.
Terumbu karang di perairan wakatobi
Ironis
Segudang penghargaan
yang di peroleh kabupaten wakatobi, ternyata tidak sejalan dengan tingkat
perbaikan kesejahteraan masyarakatnya. Ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di wakatobi pada bulan
januari yang lalu, secara kasat mata saya dapat melihat dan menilai bahwa
segudang penghargaan yang di peroleh kabupaten wakatobi tersebut justru kurang
memberikan dampak positif bagi masyarakat
yang ada di daerah itu, hal ini juga di diperkuat dengan keterangan dari
beberapa warga nelayan yang sempat bercerita dengan saya perihal kekayaan laut serta
penghargaan yang di peroleh kabupaten
wakatobi, menurut mereka status wakatobi yang hari ini ditetapkan sebagai taman
nasional bawah laut dan cagar biosfer dunia justru berpengaruh ngatif terhadap
tingkat pendapatan mereka. Menurut mereka pula sebelum wakatobi ditetapkan
sebagai taman nasional masyarakat bebas mencari ikan dimanapun mereka mau,
namun setelah setelah wakatobi
ditetapkan sebagai taman nasional beberapa wilayah menjadi terlarang untuk
dilakukan aktifitas penangkapan ikan sehingga hal ini mengakibatkan menurunya
pendapatan mereka.
Tidak hanya
sampai disitu keindahan alam wakatobi juga banyak menarik minat pemodal asing
untuk berinvestasi di waktobi, maka di bukalah berbagai macam tempat wisata
bertaraf internasional, yang orang setempat menyebutnya dengan nama resort, mungkin bagi pemerintah daerah keberadaan
resort2 bisa sangat bermanfaat untuk menggenjot tingkat pendapatan daerah akan tetapi bagi masyarakat kecil justru keberadan
resort2 ini malah semakin mengurangi pendapatan mereka .dalam banyak kasus
masayakat dilarang melakukan aktivitas melaut di sekitar resort, dengan alasan
mengganggu kenyamanan pengunjung. Sungguh ironis suatu daerah yang dianugerahi
Tuhan dengan kekayaan laut yang melimpah, keindahan alam yang luar biasa justru tidak bisa membawa kesejahteraan hidup
bagi masyarakatnya. Mungkin inilah yang di maksud dengan kutukan sumberdaya
alam seperti yang sering di sebut2 oleh banyak pakar ekonomi dan politik di
luar sana.