Saturday, June 28, 2014

KEBERPIHAKAN PERS

Pilar demokrasi, begitu kata orang ketika menjuluki peran pers di negeri ini. Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) 2010 pers memiliki beberapa pengertian yaitu:

1.     usaha percetakan dan penerbitan
2.      Usaha pengumpulan dan penyiaran berita
3.      penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan radio
4.      orang yg bergerak dl penyiaran berita
5.      medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film
Mengacu pada definisi pers diatas maka kita bisa menarik  kesimpulan bahwa pers adalah segala hal yang berhubungan dengan usaha, pengumpulan, penyusunan, dan penyiaran/penyampaian informasi baik itu melalui televisi, radio, surat kabar, majalah atau film.
            Di era informasi seperti saat ini, pers memiliki fungsi dan peran yang urgen dalam kehidupan masyarakat. Menurut pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.

            John fiske, dalam konsep persuasion in matters of opinion & belief.” Mengatakan bahwa, pers memiliki power yang luar biasa dalam membentuk opini dan kepercayaan terhadap publik. Oleh karena itu, maka tidak heran jika pers bisa mengendalikan opini yang berkembang dalam masyarakat. Pers bisa membuat suatu fenomena yang biasa – biasa saja, menjadi sesuatu yang sangat heboh dan begitu juga sebaliknya.
Mendongkrak popularitas figur
            Karena pengaruhnya yang begitu besar dalam membentuk opini masyarakat luas, terkadang pers memanfaatkan hal itu untuk mendongkrak popularitas suatu figur, entah itu selebritis atau politisi. Fenomena ini bisa kita lihat dalam beberapa hari belakangan ini. Dimana Dalam momen politik menjelang pilpres yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini, pers, mengambil peran besar dalam memenangkan salah satu kandidat.usaha ini dilakukan dengan menyampaikan informasi yang begitu massif mengenai para kandidat. Segala hal yang menyangkut kelebihan dan kekurangan kandidat terus menerus dijadikan sebagai konsumsi publik. Sebagai contoh kita bisa lihat pada dua satu stasiun tv swasta nasional di negeri ini yaitu Metro TV dan tv one, yang selama 24 jam terus - menerus menayangkan segala informasi menganai kandidat calon presiden yang akan pertarung dalam pilpres mendatang. Masing – masing dari media ini, berusaha untuk menaikan popularitas dan dukungan dari kandidat “jagoanya” serta berusaha untuk menjatuhkan kandidat lawan. Usaha kedua satsiun televisi ini, rupanya juga di ikuti oleh media media lain. Sehingga mengakibatkan terpecahnya media di negeri ini menjadi dua kubu. Masing – masing saling menyerang dan menjatuhkan lewat opini dan pemberitaan.
            Menurut Emka (2005 : 106) Dalam kondisi ketika sudah masuk dalam keberpihakan,maka pers tidak akan segan – segan untuk bertindak menyembunyikan atau memelintir fakta kebenaran. Oleh karena itu fenomena keberpihakan pers terhadap para kandidat yang bertarung mengakibat segala informasi yang beredar di masyarakat menjadi bias, semua serba tidak jelas, masing – masing media menyampaikan informasi sesuai dengan kepentingan mereka, sehingga informasi tersebut telah mengalami pengeditan sedemikan rupa agar sejalan dengan usaha mereka untuk memenangkan salah satu kandidat.
Corong provokasi
            Perang opini, dan pemberitaan mengenai kandidat capres yang dilakukan oleh pers di indonesia belakangan ini telah memprovokasi masyarakat untuk ikut – ikutan saling berkonflik. Dimana – mana kita bisa menemukan kelompok – kelompok masyarkat  yang membagi diri menjadi beberapa kubu. Ada yang kubu yang mendukung kandidat A ,ada yang mendukung kandidat B, dan ada yang memilih untuk tidak mendukung kandidat manapun (golput), bahkan kondisi ini terkadang menimbulkan konflik fisik secara terbuka dalam masyarakat.
            Berdasarkan kondisi ini, apa yang dilakukan pers belakangan ini, telah menyalahi fungisnya sebagai kontrol sosial dan media pendidikan seperti yang di amanatkan oleh undang – undang no. 40 pasal. 33 tahun 1999 tentang fungsi pers. Bahkan pers hari seolah - olah telah menjadi corong provokasi untuk memecah belah bangsa dan negara.
            Olehnya itu sudah saatnya bagi kita untuk berhati – hati dan lebih selektif dalam menerima, setiap informasi dan pemberitan berasal dari media, karena bisa jadi informasi yang datang itu adalah fakta yang telah terdistorsi dan di pelintir sedemikian rupa oleh media untuk mengarahkan opini kita agar sesuai dengan tujuan mereka.
Wallahu Alam Bissowab