Pilar
demokrasi, begitu kata orang ketika menjuluki peran pers di negeri ini. Menurut kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) 2010 pers memiliki beberapa pengertian yaitu:
1. usaha percetakan dan penerbitan
2. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita
3. penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, dan radio
4. orang yg bergerak dl penyiaran berita
5. medium penyiaran berita, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi,
dan film
Mengacu pada definisi pers diatas maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa pers adalah segala hal yang
berhubungan dengan usaha, pengumpulan, penyusunan, dan penyiaran/penyampaian
informasi baik itu melalui televisi, radio, surat kabar, majalah atau film.
Di
era informasi seperti saat ini, pers memiliki fungsi dan peran yang urgen dalam
kehidupan masyarakat. Menurut pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers,
fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol
sosial.
John
fiske, dalam konsep “persuasion in matters of opinion &
belief.” Mengatakan bahwa, pers memiliki power yang
luar biasa dalam membentuk opini dan kepercayaan terhadap publik. Oleh karena
itu, maka tidak heran jika pers bisa mengendalikan opini yang berkembang dalam
masyarakat. Pers bisa membuat suatu fenomena yang biasa – biasa saja, menjadi
sesuatu yang sangat heboh dan begitu juga sebaliknya.
Mendongkrak popularitas figur
Karena
pengaruhnya yang begitu besar dalam membentuk opini masyarakat luas, terkadang
pers memanfaatkan hal itu untuk mendongkrak popularitas suatu figur, entah itu
selebritis atau politisi. Fenomena ini bisa kita lihat dalam beberapa hari
belakangan ini. Dimana Dalam momen politik menjelang pilpres yang akan
dilaksanakan dalam waktu dekat ini, pers, mengambil peran besar dalam
memenangkan salah satu kandidat.usaha ini dilakukan dengan menyampaikan
informasi yang begitu massif mengenai para kandidat. Segala hal yang menyangkut
kelebihan dan kekurangan kandidat terus menerus dijadikan sebagai konsumsi
publik. Sebagai contoh kita bisa lihat pada dua satu stasiun tv swasta nasional
di negeri ini yaitu Metro TV dan tv one, yang selama 24 jam terus - menerus
menayangkan segala informasi menganai kandidat calon presiden yang akan
pertarung dalam pilpres mendatang. Masing – masing dari media ini, berusaha
untuk menaikan popularitas dan dukungan dari kandidat “jagoanya” serta berusaha
untuk menjatuhkan kandidat lawan. Usaha kedua satsiun televisi ini, rupanya
juga di ikuti oleh media media lain. Sehingga mengakibatkan terpecahnya media
di negeri ini menjadi dua kubu. Masing – masing saling menyerang dan
menjatuhkan lewat opini dan pemberitaan.
Menurut Emka (2005 : 106) Dalam kondisi ketika sudah masuk dalam keberpihakan,maka pers tidak akan
segan – segan untuk bertindak menyembunyikan atau memelintir fakta kebenaran. Oleh karena itu fenomena keberpihakan pers terhadap para kandidat yang
bertarung mengakibat segala informasi yang beredar di masyarakat menjadi bias,
semua serba tidak jelas, masing – masing media menyampaikan informasi sesuai
dengan kepentingan mereka, sehingga informasi tersebut telah mengalami
pengeditan sedemikan rupa agar sejalan dengan usaha mereka untuk memenangkan
salah satu kandidat.
Corong provokasi
Perang opini, dan pemberitaan
mengenai kandidat capres yang dilakukan oleh pers di indonesia belakangan ini
telah memprovokasi masyarakat untuk ikut – ikutan saling berkonflik. Dimana –
mana kita bisa menemukan kelompok – kelompok masyarkat yang membagi diri menjadi beberapa kubu. Ada
yang kubu yang mendukung kandidat A ,ada yang mendukung kandidat B, dan ada
yang memilih untuk tidak mendukung kandidat manapun (golput), bahkan kondisi
ini terkadang menimbulkan konflik fisik secara terbuka dalam masyarakat.
Berdasarkan kondisi ini, apa yang dilakukan pers
belakangan ini, telah menyalahi fungisnya sebagai kontrol sosial dan media
pendidikan seperti yang di amanatkan oleh undang – undang no. 40 pasal. 33
tahun 1999 tentang fungsi pers. Bahkan pers hari seolah - olah telah menjadi
corong provokasi untuk memecah belah bangsa dan negara.
Olehnya
itu sudah saatnya bagi kita untuk berhati – hati dan lebih selektif dalam
menerima, setiap informasi dan pemberitan berasal dari media, karena bisa jadi informasi
yang datang itu adalah fakta yang telah terdistorsi dan di pelintir sedemikian
rupa oleh media untuk mengarahkan opini kita agar sesuai dengan tujuan mereka.
Wallahu Alam Bissowab