Menjadi kaya
,hidup mewah dengan bergelimang harta boleh dikata adalah cita – cita hampir seluruh umat manusia
di dunia . Olehnya itu, berbagai macam cara berusaha di tempuh manusia untuk
menggapai kekayaan tersebut. Maka diciptakanlah berbagai macam teori dan
teknologi untuk memacu etos kerja
manusia sampai pada titik maksimal, dan diberantaslah semua hal yang dianggap
bisa menghambat manusia untuk menggapai kekayaan itu.
Sah – sah saja
jika seseorang bercita – cita untuk menjadi kaya. Tidak ada satupun aturan
entah itu yang bersumber dari agama ataupun hukum positif yang melarang hal
itu. Akan tetapi, ambisi untuk menjadi kaya, terkadang membuat manusia
bertindak diluar batas – batas kewajaran, sehingga merugikan dirinya dan orang lain.
Demi untuk kaya Manusia rela menjadi penjilat, demi untuk menjadi orang kaya
manusia tega menjadi penghianat, demi untuk kaya manusia rela melanggar hukum,
demi untuk kaya manusia rela menjual Agama, bahkan Demi untuk memperoleh kekayaan
itu, manusia rela untuk saling membunuh.
Dari zaman
ke zaman cara pandang manusia mengenai hidup kaya selalu berubah, sesuai dengan perkembangan
teknologi dan informasi.Sejalan dengan itu pula, usaha manusia untuk mendapatkan
kekayaan itu juga terus berubah, bahkan semakin berkembang hingga mengakibatkan
kerusakan pada alam dan ekosistem. Jutaan manusia dan hewan tewas karena perang
untuk memperebutkan sumberdaya alam, jutaan hektar hutan rusak karena di keruk
dan di eksploitasi secara berlebihan, lapisan ozon mengalami kebocoran hingga
mengakibatkan perubahan iklim , dan pada akhirnya rusaklah bumi kita.
Dalam dimensi
sosial, usaha manusia menjadi kaya membuat manusia seolah – olah menjadi mahluk
individualis. Solidaritas yang di bangun oleh kebanyakan manusia hari ini
adalah solidaritas yang di bangun diatas
uang dan kepentingan. Manusia menjadi apatis dan tidak lagi peka terhadap
berbagai masalah sosial yang ada di sekililingnya ,dan yang terpenting bagi
manusia adalah agaimana agar bisa terus
menambah pundi – pundi kekayaan.
Sedangkan dalam
dimensi politik ambisi untuk menjadi kaya telah merubah cara pandang manusia
tentang politik. hari ini kebanyakan manusia memandang politik sebagai alat
untuk memperkaya diri, hal ini bisa di buktikan dalam pelaksaan sistem politik demokrasi
yang di anut oleh bangsa kita dan di negara – negara lain yang sarat dengan
politik uang. Sangat tidak berlebihan jika kita menyebut demokrasi yang di
praktekan di negara ini adalah demokrasi berbasis suap. Boleh dikata tidak ada
satu pun pelaksanaan pemilu di negeri ini yang luput dari praktek suap dan
sogok menyogok. Hal ini terjadi karena ambisi manusia untuk memperoleh
kekuasaan, dan dengan kekuasaan itu manusia bisa terus menambah pundi – pundi kekayaanya
dalam waktu yang cepat, dengan jumlah yang besar. Ya. Tentu saja dengan
melakukan praktek korusi.
Begitulah manusia
dengan segudang ambisi dan keserkahan yang dimilikinya mereka terus merajalela
dimuka bumi, mereka terus merusak alam, dan saling membunuh demi memperebutkan
materi dan menambah pundi – pundi kekayaan. Maka tidak heran jika dalam kitab
suci Al Qur’an Allah SWT mengisahkan bahwa para Malaikat pernah mempertanyakan
perihal penciptaan Adam yang merupakan nenek moyang dari seluruh umat manusia,bahwa
menurut Para malaikat penciptaan manusia hanya akan membawa kerusakan di muka
bumi. Dengan merujuk pada kondisi manusia hari ini, maka timbul pertanyaan
dalam benak kita, apakah “kecemasan” para
Malaikat itu benar – benar terjadi? Wallahu alam Bissowab.