Wednesday, April 16, 2014

U A N G

Apa yang mampu mempersatukan para koruptor, orang-orang jahat, para kriminil, dengan kaum agamawan dan yang mengklaim sebagai para penyeru kebaikan? Jawaban satu-satunya dewasa ini mungkin hanyalah UANG. Apa yang terjadi dalam pemilihan umum di Indonesia yang digelar lima tahun sekali, yang terjadi dalam banyak putaran pemilihan kepala daerah di negeri ini yang seakan tak ada habis-habisnya, sebenarnya bukan merupakan hal yang sama sekali baru. Jauh berabad silam, para raja-raja juga sudah bersekutu dengan para penjahat, dan orang-orang yang dianggap pemuka spiritual sering menjadi pelayan bagi kekuasaan raja lalim. Salah satunya dipaparkan dalam Kitab suci Al-Qur’an yang memuat kisah tentang
bagaimana kekuasaan Firaun bisa kuat karena ditopang oleh para pendeta-pendeta Amon yang dengan jubah panjangnya berada di posisi pemuka-pemuka spiritual masyarakatnya.Para pendeta Amon ini menjadi
stempel keagamaan semua tindakan Firaun yang palingbiadab sekali pun.Atau dalam masa kenabian Isa a.s. Kitab suci al-Qur’an pun telah mengisahkan kepada kita semua bagaimana Raja Herodes yang lalim mendapat sokongan dari para pendeta Sanhendrin di mana mereka bersama-sama bahu-membahu mengejar Nabi Isa a.s. dan hendak membunuhnya.

Kerjasama antara golongan jahat dengan golongan yang mengaku putih di dunia ini sudah berusia sangat lama. Dan sampai detik ini, hal yang sama dalam rupa dan istilah yang ‘lebih modern’ juga terus berlangsung. Apa yang mempersatukan mereka semua? Berabad silam sampai detik ini jawabannya sama yakni pangkat, harta kekayaan, dan perempuan. Dalam konteks masyarakat Jawa, ada istilah yang sudah akrab di telinga
kita sejak lama, yakni “Mo–Limo”. Mo-Limo merupakan singkatan dari Maling, Madat, Main, Minum, dan Madon. Dalam tataran modernisasi, Maling sekarang disebut sebagai Korupsi. Madat yang konotasinya adalah nyabu, sekarang mungkin bisa diartikan sebagai mabuk, salah satunya adalah mabuk kekuasaan. Main asalnya diartikan sebagai berjudi, namun sekarang ini lebih rumit dan menggunakan istilah intelek seperti koalisi dan sebagainya yang pada intinya sebenarnya adalah berjudi. Lalu Minum, yang ini pun sama dengan segala hal yang memabukkan. Dan yang terakhir adalah Madon atau perempuan. Bukan rahasia
umum lagi jika banyak petinggi dan penguasa, apakah itu yang sekuler maupun yang tidak kerap tergoda dengan mahluk Allah yang satu ini. Hanya saja, jika kaum sekuler kebanyakan melakukan hal ini dengan perempuan yang bisa ‘disewa’, maka kaum agamawan tidak melakukan hal itu namun mengambil jalur yang ‘disahkan agama’ walau motivasi dasarnya terletak di lubuk hati terdalam, wallahu’alam. Allahuma Turja, kata orang Arab. Hanya Dia yang tahu. Jika Rasulullah SAW mengambil banyak janda tua dan beranak banyak sebagai isteri-isterinya, maka kaum agamawan sekarang berkilah mengikuti sunnah Nabi namun dengan mengambil The Second Wife dari kalangan perempuan-perempuan muda belia, jika perlu import.