Apa
yang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengar istilah nilai? Hasil ulangan
yang telah kamu peroleh ataukah pengertian yang lainnya? Nilai dan norma
merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lainnya. Apakah nilai dan
norma yang dimaksud di sini? Untuk menjawabnya, simaklah penjelasan dalam bab
ini yang akan membawa kamu untuk dapat mengenal nilai dan norma dalam
masyarakat.
Bagi
seorang siswa seperti kamu, bolpoin merupakan barang yang bernilai. Mengapa?
Tanpa bolpoin kamu tidak dapat mencatat materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru dan tidak dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dalam
sosiologi, sesuatu yang bernilai itu disebut dengan nilai sosial. Apa
sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai sosial?
1.
Pengertian Nilai Sosial
Dalam
pengertian sehari-hari nilai diartikan sebagai harga (taksiran harga), ukuran,
dan perbandingan dua benda yang dipertukarkan. Nilai juga bisa berarti angka
kepandaian (nilai ujian, nilai rapor), kadar, mutu, dan bobot. Dalam sosiologi,
nilai mengandung pengertian yang lebih luas daripada pengertian sehari-hari.
Nilai merupakan sesuatu yang baik, yang diinginkan, yang dicita-citakan, dan
dianggap penting oleh warga masyarakat.
Lalu
apakah nilai sosial itu?
Nilai
sosial adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar, yang diidam-idamkan
masyarakat. Agar nilai-nilai sosial itu dapat tercipta dalam masyarakat, maka
perlu diciptakan norma sosial dengan sanksi-sanksi sosial. Nilai sosial
merupakan penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang
baik, penting, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna fungsional bagi
perkembangan dan kebaikan hidup bersama. Berikut ini definisi nilai sosial
menurut pendapat para ahli.
a.
Alvin L. Bertrand
Nilai
adalah suatu kesadaran yang disertai emosi yang relatif lama hilangnya terhadap
suatu objek, gagasan, atau orang.
b.
Robin Williams
Nilai
sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui konsensus yang
efektif di antara mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh
banyak orang.
c.
Young
Nilai
sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa
yang benar dan apa yang penting
d.
Clyde Kluckhohn
Dalam
bukunya ' Culture and Behavior ', Kluckhohn menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya
nilai bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan
benar bagi diri sendiri dan orang lain.
e.
Woods
Nilai
sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
f.
Koentjaraningrat
Suatu
sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia.
g.
Notonagoro
Nilai
dibedakan atas nilai material, vital, dan kerohanian.
1)
Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2)
Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitasnya.
3)
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dapat dibedakan atas nilai-nilai berikut ini.
a)
Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio,
budi, cipta).
b)
Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (perasaan, estetis).
c)
Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak atau
keamanan (karsa, etika).
d)
Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan
manusia.
2.
Jenis-Jenis Nilai Sosial
Di
masyarakat kita dapat menjumpai berbagai nilai yang dianut demi kebaikan
bersama anggota masyarakat. Di samping beberapa jenis nilai sosial seperti yang
diutarakan Notonagoro di atas, masih ada beberapa jenis nilai sosial dilihat
dari sifat, ciri, dan tingkat keberadaannya.
a.
Berdasarkan Sifatnya
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mengenal tujuh jenis nilai dilihat dari sifatnya,
yaitu nilai kepribadian, kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan, agama,
dan keindahan.
1)
Nilai kepribadian, yaitu nilai yang dapat membentuk kepribadian seseorang,
seperti emosi, ide, gagasan, dan lain sebagainya.
2)
Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari kedayagunaan usaha manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai ini disebut
dengan nilai yang bersifat ekonomis.
3)
Nilai biologis, yaitu nilai yang erat hubungannya dengan kesehatan dan unsur
biologis manusia. Misalnya dengan melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan.
4)
Nilai kepatuhan hukum, yaitu nilai yang berhubungan dengan undang-undang atau
peraturan negara. Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap warga negara agar
mengetahui hak dan kewajibannya.
5)
Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan dan mencari kebenaran sesuai
dengan konsep keilmuannya.
6)
Nilai agama, yaitu nilai yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan yang
dianut oleh anggota masyarakat. Nilai ini bersumber dari masing-masing ajaran
agama yang menjelaskan sikap, perilaku, perbuatan, perintah, dan larangan bagi
umat manusia.
7)
Nilai keindahan, yaitu nilai yang berhubungan dengan kebutuhan akan estetika
(keindahan) sebagai salah satu aspek dari kebudayaan.
b.
Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan
cirinya, kita mengenal dua jenis nilai, yaitu nilai yang tercernakan dan nilai
dominan.
1)
Nilai yang tercernakan atau mendarah daging ( internalized value ),
yaitu nilai yang menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata lain nilai
yang dapat mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang. Sebagai
contohnya seorang ayah dengan sangat berani dan penuh kerelaan menolong anaknya
yang terperangkap api di rumahnya, meskipun risikonya sangat besar.
2)
Nilai dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai
yang lainnya. Mengapa suatu nilai dikatakan dominan? Ada beberapa ukuran yang
digunakan untuk menentukan dominan atau tidaknya suatu nilai, yaitu sebagai
berikut.
a)
Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
b)
Lamanya nilai dirasakan oleh anggota kelompok yang menganut nilai itu.
c)
Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai tersebut.
d)
Tingginya kedudukan orang yang membawakan nilai itu.
c.
Berdasarkan Tingkat Keberadaannya
Kita
mengenal dua jenis nilai berdasarkan tingkat keberadaannya, yaitu nilai yang
berdiri sendiri dan nilai yang tidak berdiri sendiri.
1)
Nilai yang berdiri sendiri, yaitu suatu nilai yang diperoleh semenjak manusia
atau benda itu ada dan memiliki sifat khusus yang akhirnya muncul karena
memiliki nilai tersebut. Contohnya pemandangan alam yang indah, manusia yang
cantik atau tampan, dan lain-lain.
2)
Nilai yang tidak berdiri sendiri, yaitu nilai yang diperoleh suatu benda atau
manusia karena bantuan dari pihak lain. Contohnya seorang siswa yang pandai
karena bimbingan dan arahan dari para gurunya. Dengan kata lain nilai ini
sangat bergantung pada subjeknya.
3.
Ciri-Ciri Nilai Sosial
Apa
sajakah ciri-ciri nilai sosial itu? Sekarang kita akan mengidentifikasi
beberapa ciri nilai sosial, di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi sosial antarwarga
masyarakat. Artinya nilai sosial merupakan sebuah bangunan kukuh yang berisi
kumpulan aspek moral dan mentalitas yang baik yang tercipta dalam sebuah
masyarakat melalui interaksi yang dikembangkan oleh anggota kelompok tersebut.
b.
Ditransformasikan dan bukan dibawa dari lahir. Artinya tidak ada seorangpun
yang sejak lahir telah dibekali oleh nilai sosial. Mereka akan mendapatkannya
setelah berada di dunia dan memasuki kehidupan nyata. Hal ini karena nilai
sosial diteruskan dari satu orang atau kelompok kepada orang atau kelompok lain
melalui proses sosial, seperti kontak sosial, komunikasi, interaksi,
sosialisasi, difusi, dan lain-lain.
c.
Terbentuk melalui proses belajar. Nilai sosial diperoleh individu atau kelompok
melalui proses pembelajaran secara bertahap, dimulai dari lingkungan keluarga.
Proses ini disebut dengan sosialisasi, di mana seseorang akan mendapatkan
gambaran tentang nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
d.
Nilai memuaskan manusia dan dapat membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosialnya. Artinya dengan nilai manusia mampu menentukan
tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesesuaian antara kemampuan dan tingkat kebutuhan ini akan mengakibatkan kepuasan
bagi diri manusia.
e.
Sistem nilai sosial bentuknya beragam dan berbeda antara kebudayaan yang satu
dengan kebudayaan yang lain. Mengingat kebudayaan lahir dari perilaku kolektif
yang dikembangkan dalam sebuah kelompok masyarakat, maka secara otomatis sistem
nilai sosial yang terbentuk juga berbeda, sehingga terciptalah sistem nilai
yang bervariasi.
f.
Masing-masing nilai mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam
masyarakat. Artinya tingkat penerimaan nilai antarmanusia dalam sebuah kelompok
atau masyarakat tidak sama, sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda-beda
antara satu dan yang lainnya.
g.
Nilai-nilai sosial memengaruhi perkembangan pribadi seseorang, baik positif
maupun negatif. Adanya pengaruh yang berbeda akan membentuk kepribadian
individu yang berbeda pula. Nilai yang baik akan membentuk pribadipribadi yang
baik, begitupun yang sebaliknya. Contohnya orang yang hidup dalam lingkungan
yang lebih mengutamakan kepentingan individu daripada kepentingan kelompok
mempunyai kecenderungan membentuk pribadi masyarakat yang egois dan ingin
menang sendiri.
h.
Asumsi-asumsi dari bermacam-macam objek dalam masyarakat. Asumsi adalah
pandangan-pandangan orang mengenai suatu hal yang bersifat sementara karena
belum dapat diuji kebenarannya. Biasanya asumsi-asumsi ini bersifat umum serta
melihat objek-objek faktual yang ada dalam masyarakat.
4.
Fungsi Nilai Sosial
Secara
garis besar, kita tahu bahwa nilai sosial mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai
petunjuk arah dan pemersatu, benteng perlindungan, dan pendorong.
a.
Petunjuk Arah dan Pemersatu
Apakah
maksud nilai sebagai petunjuk arah? Cara berpikir dan bertindak anggota
masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang berlaku. Pendatang
baru pun secara moral diwajibkan mempelajari aturan-aturan sosiobudaya
masyarakat yang didatangi, mana yang dijunjung tinggi dan mana yang tercela.
Dengan demikian, dia dapat menyesuaikan diri dengan norma, pola pikir, dan
tingkah laku yang diinginkan, serta menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat.
Nilai
sosial juga berfungsi sebagai pemersatu yang dapat mengumpulkan orang banyak
dalam kesatuan atau kelompok tertentu. Dengan kata lain, nilai sosial
menciptakan dan meningkatkan solidaritas antarmanusia. Contohnya nilai ekonomi
mendorong manusia mendirikan perusahaanperusahaan yang dapat menyerap banyak
tenaga kerja.
b.
Benteng Perlindungan
Nilai
sosial merupakan tempat perlindungan bagi penganutnya. Daya perlindungannya
begitu besar, sehingga para penganutnya bersedia berjuang mati-matian untuk mempertahankan
nilai-nilai itu. Misalnya perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan
nilai-nilai Pancasila dari nilainilai budaya asing yang tidak sesuai dengan
budaya kita, seperti budaya minum-minuman keras, diskotik, penyalahgunaan
narkotika, dan lain-lain. Nilai-nilai Pancasila seperti sopan santun, kerja
sama, ketuhanan, saling menghormati dan menghargai merupakan benteng
perlindungan bagi seluruh warga negara Indonesia dari pengaruh budaya asing
yang merugikan.
c.
Pendorong
Nilai
juga berfungsi sebagai alat pendorong (motivator) dan sekaligus menuntun
manusia untuk berbuat baik. Karena ada nilai sosial yang luhur, muncullah
harapan baik dalam diri manusia. Berkat adanya nilai-nilai sosial yang
dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai cita-cita manusia yang berbudi luhur dan
bangsa yang beradab itulah manusia menjadi manusia yang sungguh-sungguh
beradab. Contohnya nilai keadilan, nilai kedisiplinan, nilai kejujuran, dan
sebagainya.
Di
samping fungsi nilai-nilai sosial yang telah kita bahas di atas, nilai sosial
juga memiliki fungsi yang lain, yaitu sebagai berikut.
a.
Dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan harta sosial dari suatu
kelompok.
b.
Dapat mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku.
c.
Penentu akhir bagi manusia dalam memenuhi perananperanan sosialnya.
d.
Alat solidaritas di kalangan anggota kelompok atau masyarakat.
e.
Alat pengawas perilaku manusia.
Menurut
Kluckhohn, semua nilai dalam setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup
lima masalah pokok berikut ini.
a.
Nilai mengenai hakikat hidup manusia. Misalnya, ada yang memahami bahwa hidup
itu buruk, hidup itu baik, dan hidup itu buruk tetapi manusia wajib berikhtiar
supaya hidup itu baik.
b.
Nilai mengenai hakikat karya manusia. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa
manusia berkarya untuk mendapatkan nafkah, kedudukan, dan kehormatan.
c.
Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Misalnya, ada
yang berorientasi ke masa lalu, masa kini, dan masa depan.
d.
Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya. Misalnya, ada yang
berorientasi kepada sesama (gotong royong), ada yang berorientasi kepada
atasan, dan ada yang menekankan individualisme (mementingkan diri sendiri).
e.
Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam. Misalnya, ada yang
beranggapan bahwa manusia tunduk kepada alam, menjaga keselarasan dengan alam,
atau berhasrat menguasai alam.
Jadi,
nilai memegang peranan penting dalam setiap kehidupan manusia karena
nilai-nilai menjadi orientasi dalam setiap tindakan melalui interaksi sosial.
Nilai sosial itulah yang menjadi sumber dinamika masyarakat. Kalau nilai-nilai
sosial itu lenyap dari masyarakat, maka seluruh kekuatan akan hilang dan derap
perkembangan akan berhenti.